PENGERTIAN, BIAYA PEROLEHAN DAN CARA MENCATAT AKTIVA TETAP

| April 09, 2019 |
PENGERTIAN, BIAYA PEROLEHAN DAN CARA MENCATAT AKTIVA TETAP - Hallo semua method akuntansi, Pada Postingan kali ini yang berjudul PENGERTIAN, BIAYA PEROLEHAN DAN CARA MENCATAT AKTIVA TETAP, telah kami persiapkan dengan baik untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Artikel, ini dapat anda pahami. dan bermanfaat, selamat membaca.

Judul : PENGERTIAN, BIAYA PEROLEHAN DAN CARA MENCATAT AKTIVA TETAP
link : PENGERTIAN, BIAYA PEROLEHAN DAN CARA MENCATAT AKTIVA TETAP

Baca juga


PENGERTIAN, BIAYA PEROLEHAN DAN CARA MENCATAT AKTIVA TETAP


Tujuan Pengajarannya adalah agar para pembaca dapat :
1.      Menjelaskan pengertian aktiva tetap.
2.      Menjelaskan konsep harga perolehan aktiva tetap.
3.      Mencatat perolehan aktiva tetap.
4.      Menghitung dan mencatat penyusutan aktiva tetap.

PENGERTIAN

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud (tangible fixed assets) yang :
1.      Masa manfaatnya lebih dari satu tahun
2.      Digunakan dalam kegiatan perusahaan
3.      Dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta
4.      Nilainya cukup besar
Adapun kriterianya :
1.      Pada umumnya, pemakaiannya lebih dari satu tahun.
2.      Dipakai untuk kegiatan perusahaan.
3.      Tidak untuk dijual kembali.
Contoh aktiva ini seperti mobil-mobil yang dimiliki oleh sebuah dealer mobil. Mobil-mobil itu kalau dipakai, dapat berumur lebih dari satu tahun. Namun, karena tujuan pemilikannya adalah untuk dijual kembali, maka mobil-mobil tadi dikelompokkan sebagai persediaan barang-dagangan, bukan sebagai aktiva tetap.
Istilah dipakai dalam kegiatan perusahaan tidak berarti bahwa pemakaian harus berlangsung terus-menerus. Mesin-mesin cadangan yang hanya digunakan pada waktu-waktu sibuk, misalnya tetap dikelompokkan sebagai aktiva tetap. Aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan perusahaan disajikan sebagai aktiva lain-lain. Akhirnya perlu dicatat bahwa hanya aktiva yang nilainya cukup tinggi sajalah yang biasanya dikelompokkan sebagai aktiva tetap. Aktiva yang nilainya tidak besar, misalnya pulpen, sendok, dan lain-lain. Biasanya tidak dikelompokkan sebagai aktiva tetap, walaupun aktiva tadi dipakai dalam kegiatan perusahaan dan umurnya lebih dari satu tahun.

Baca Juga : Cara Menghitung Harga Pokok Persediaan Menggunakan Metode FIFO, LIFO, dan Average

BIAYA PEROLEHAN

Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba di tempat dan siap digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aktiva yang bersangkutan. Dengan demikian harga perolehan suatu aktiva tetap tidak terbatas pada harga belinya saja. Termasuk dalam harga perolehan adalah biaya pengiriman, asuransi, pemasangan, dan bea balik nama. Misalnya, apabila suatu perusahaan membeli tanah dengan harga Rp 20.000 dan untuk ini harus dibayar biaya notaris sebesar Rp 500, biaya balik nama sebesar Rp 300 dan komisi kepada makelar Rp 200, maka harga perolehan dari tanah tadi adalah Rp 21.000.
Masalah yang mungkin timbul adalah apabila beberapa aktiva tetap dibeli sekaligus dan tiap-tiap aktiva tidak disebutkan harganya. Dalam hal demikian, total harga yang dibebankan harus dialokasikan ke masing-masing aktiva yang bersangkutan.
Sebagai contoh, perusahaan suatu perusahaan membeli gedung beserta tanah dimana gedung itu berdiri dengan harga Rp 100.000. Jumlah ini sudah termasuk biaya notaris, bea balik nama, komisi, dan lain-lain. Harga sebesar Rp 100.000 tersebut perlu dialokasikan antara harga perolehan untuk tanah dan gedung. Anggaplah, kemudian bahwa berdasarkan taksiran harga pasar yang berlaku, tanah bernilai Rp 20.000 dan gedung ditaksir seharga Rp 60.000. Alokasi harga perolehan untuk tanah dan gedung, dengan demikian adalah sebagai berikut:
            Harga Taksiran                                             Alokasi Harga Perolehan
Tanah              Rp       20.000                         20/80 x 100.000          = Rp    25.000
Gedung                       60.000                         60/80 x 100.000          =          75.000
                        Rp       80.000                                                                Rp   100.000
Ayat jurnal yang perlu dibuat, apabila pembelian dilakukan dengan tunai, adalah sebagai berikut:
            (D)       Tanah                          Rp 25.000
            (D)       Gedung                       Rp 75.000
            (K)                   Bank                                        Rp 100.000
            Apabila taksiran harga pasar dari masing-masing aktiva sukar dibuat, maka alokasi dapat didasarkan atas criteria-kriteria lain, misalnya nilai yang ditetapkan untuk pajak (NJOP = Nilai Jual Objek Pajak). Jika harga taksiran hanya dapat dilakukan untuk satu jenis aktiva saja, misalnya tanah, maka sisanya dianggap sebagai harga perolehan aktiva lainnya.

Baca Juga : Cara Menghitung Jatuh Tempo Wesel

PEROLEHAN DENGAN HARGA ANGSURAN

Adakalanya  suatu aktiva tetap dibeli secara angsuran. Dalam hal demikian, kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam sekian kali angsuran  dan terhadap saldo yang dibayar dikenakan bunga.
Sebagai contoh, sebuah perusahaan membeli tanah dengan harga Rp 50.000. Jumlah ini akan dibayar dalam 25 kali angsuran bulanan dan terhadap saldo yang belum dibayar, perusahaan dibebani bunga sebesar 12% setahun. Ayat jurnal yang perlu dibuat pada waktu pembelian dilakukan adalah sebagai berikut:
(D)       Tanah                                                  Rp 50.000
(K)                   Utang angsuran                                               Rp 50.000
Pada waktu membayar angsuran pertama, jumlah yang harus dibayar dihitung sebagai berikut:
            Angsuran bulanan : Rp 50.000: 25                                         Rp       2.000
            Bunga selama sebulan untuk saldo yang belum                                    
            dibayar 1/12 x 12% x Rp 50.000                                                           500
            Jumlah yang harus dibayar                                                      Rp       2.500
Ayat jurnal yang harus dibuat untuk pembayaran ini adalah sebagai berikut:
            (D)       Utang angsuran                       Rp 2.000
            (D)       Beban bunga                                    500
            (K)                   Bank                                                    Rp 2.500
            Angsuran kedua terdiri dari angsuran pokok bulanan sebesar Rp 2.000 ditambah bunga selama satu bulan atas saldo atas saldo utang yang belum dibayar. Utang yang belum dibayar pada saat ini tinggal Rp 48.000. Jumlah ini diperoleh dari Rp 50.000, saldo yang mula-mula dikurangi pembayaran pada angsuran pertama sebesar Rp 2.000. Bunga yang dibebankan selama bulan ini dengan demikian akan sebesar 1/12 x 12% x Rp 48.000 = Rp 480. Jumlah yang harus dibayar adalah Rp 2.000 ditambah dengan Rp 480 sama dengan Rp 2.480. Ayat jurnal yang perlu dibuat tampak seperti dibawah ini:
            (D)       Utang angsuran                       Rp 2.000
            (D)       Beban bunga                                   480
            (K)                   Bank                                                    Rp 2.480
Proses perhitungan ini akan berulang setiap satu kali dalam satu bulan.
            Contoh soal, sebuah mobil jika dibeli tunai harganya Rp 60.000. Mobil tersebut dapat juga dibeli dengan angsuran selama 2 tahun. Bunga yang dibebankan adalah 12% per tahun atas total pinjaman. Dengan dibeli angsuran harga mobil menjadi Rp 60.000 + (Rp 60.000 x 12% x 24/12) = Rp 74.400. Angsuran perbulan adalah Rp 3.100 dari Rp 74.400 dibagi 24. Angsuran bulannya ini sama setiap bulannya. Adapun untuk ayat jurnal yang dibuat pada waktu ditandatangani kontrak pembelian sebagai berikut:
            (D)       Kendaraan                                           Rp 60.000
            (K)                   Utang angsuran                                               Rp 60.000
Pada jurnal diatas bunga belum dicatat, dan akan dicatat pada saat pembayaran angsuran atau pembayaran berikutya. Untuk mencari bagian bunga dari setiap angsuran perlu diketahui tingkat bunga efektif yang berlaku. Tingkat bunganya 12% per tahun, tetapi tingkat bunga efektifnya lebih tinggi. Tingkat bunga efektif dapat dicari dengan menggunakan metode bunga majemuk (anuitas). Jika dihitung dengan bunga majemuk, tingkat bunga efektif dalam contoh diatas adalah 21,8% per tahun. Bunga pada angsuran pertama dihitung sebagai berikut:
Bunga = 1/12 x 21,8% x Rp 60.000 = Rp 1.090.
            Bagian yang digunakan untuk membayar pokok utang dengan demikian adalah Rp 3.100 – Rp 1.090 – Rp 2.010. Ayat jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
            (D)       Utang angsuran                       Rp 2.010
            (D)       Beban bunga                                 1.090
            (K)                   Bank                                                    Rp 3.100
Pada angsuran kedua jumlah pembayarannya sama, yakni 3.100 tetapi komposisi bunga dan pokok utang akan berbeda dengan angsuran yang pertama. Perhitungannya sebagai berikut:
Bunga = 1/12 x 21,8% x (Rp 60.000 – Rp 2.010) = Rp 1.054 (dibulatkan)
            Pokok utang angsuran (Rp 3.100 – Rp 1.054)     =       2.046
                                                                                             = Rp  3.100
Ayat jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
            (D)       Utang angsuran                       Rp 2.046
            (D)       Beban bunga                                 1.054
            (K)                   Bank                                                    Rp 3.100

Baca Juga : 3 Karier di Bidang Akuntansi

PENYUSUTAN

Semua jenis aktiva tetap, kecuali tanah akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang mempengaruhi menurunnuya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan. Hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud disebut penyusutan (depreciation).Penyusutan dapat dihitung tiap-tiap bulan atau ditunda sampai dengan akhir tahun. Apabila dibuat laporan keuangan interim secara bulanan, penyusutan yang dilakukan bulanan akan lebih dapat mencerminkan posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan dalam bulan yang bersangkutan.
Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penyusutan adalah debit beban penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan. Beban penyusutan merupakan akun sementara yang pada akhir tahun akan ditutup ke akun laba di tahan bersama-sama dengan akun-akun sementara yang lain. Akun akumulasi penyusutan merupakan aktiva tetap dan merupakan akun kontra terhadap aktiva tetap yang bersangkutan. Selisih antara harga perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan yang belum disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku (book value) aktiva tetap.

"Diam bukanlah cara untuk membuktikan kesalahan"
Sumber: 
Soemarso. Akuntansi Suatu Pengantar. Salemba Empat. Jakarta.
Pemahaman Penulis

Back to Top